CewekBanget.ID - Angka kasus positif COVID-19 yang terus meningkat tajam mestinya jadi alarm bagi kita untuk lebih serius menyikapi pandemi ini, terutama dengan mematuhi protokol kesehatan dan memakai masker.
Hingga saat ini, salah satu cara paling efektif mencegah penyebaran virus corona adalah dengan pemakaian masker yang benar.
Pemakaian masker terbukti dapat memblokir tetesan atau droplets yang dikeluarkan oleh seseorang saat sedang berbicara, batuk, atau bersin.
Mengantisipasi penularan virus, Satgas COVID-19 pun menyiapkan masker lima lapis untuk masyarakat.
Tapi, apakah semua masker tersebut efektif mencegah penyebaran virus?
Teknologi Baru Satgas COVID-19
Dilansir dari Kompas.com, untuk menjaga efektivitas pemakaian masker, Satgas Nasional Penanganan COVID-19 telah menyiapkan masker dengan teknologi baru yang lebih ampuh mencegah masuknya virus corona ke dalam tubuh manusia.
Juru bicara Satgas Nasional Penanganan COVID-19 Wiku Adisasmito mengungkapkan, masker tersebut adalah masker dengan kain lima lapis yang diproduksi di Indonesia dan sudah diuji coba di Jerman.
Menggunakan bahan baku polyester dengan teknologi antibakteri pada setiap benang, masker ini dikatakan memiliki daya penyaringan virus mencapai 88% dan penyaringan bakteri 99%.
"Indonesia rupanya bisa memproduksi masker kain berteknologi inovatif, dengan menyatukan lima lapis," jelas Wiku dalam webinar Teknologi Baru Masker Melawan Covid-19 yang diselenggarakan Katadata, Rabu (9/9/2020) sebagaimana dilansir dari Kompas.com, "Masker ini kita sebut INA United. Tingkat kemampuan untuk bernapas baik, untuk berbicara baik, dan bisa dicuci untuk dipakai berulang kali."
Menurut Wiku, diciptakannya masker ini adalah langkah paling efisien untuk menghadapi COVID-19, dengan harga yang sangat terjangkau dan bisa digunakan oleh seluruh masyarakat Indonesia.
Apalagi, masker lima lapis ini enggak kalah jika dibandingkan dengan masker bedah yang hanya bisa menyaring 80-90% virus dan 95-98% bakteri.
Akan Dibagikan dalam Waktu Dekat
Kabar baiknya, dalam waktu dekat, masker lima lapis ini akan mulai dibagikan kepada masyarakat Indonesia.
“Rencananya Satgas akan segera membagikan masker lima lapis ini kepada masyarakat, bekerja sama dengan berbagai pihak. Diharapkan, pembuatan masker lima lapis ini juga bisa menggerakkan UMKM, untuk membuat hal yang sama. Sehingga, bisa diproduksi lebih banyak lagi,” jelasnya.
Senada dengan Wiku, menurut Inisiator dan Ketua Umum Gerakan Pakai Masker Sigit Pramono, masker saat ini menjadi satu-satunya senjata untuk melawan COVID-19, selama vaksin belum berhasil dibuat.
Baca Juga: Tips Memakai Masker Agar Gampang Bernapas Ketika Cuaca Panas!
Sulitnya Edukasi Masyarakat
Mengedukasi masyarakat agar mau memakai masker memang bukan tugas yang mudah.
Gerakan Pakai Masker yang merupakan inisiasi sejumlah relawan dari kalangan profesional sejauh ini sudah melakukan sosialisasi penggunaan masker ke sejumlah tempat antara lain pesantren, pasar rakyat, dan tempat wisata.
“Kami sudah mendatangi 9.200 pasar di seluruh Indonesia dan 44 ribu pesantren. Tapi memang tidak mudah, masih banyak yang belum disiplin. Yang kami lakukan bukan meminta orang untuk memakai masker saja, tetapi melakukan gerakan perubahan perilaku,” ujar Sigit.
Selain itu, Gerakan Pakai Masker juga mendatangi sejumlah tempat pariwisata untuk mengingatkan tentang pentingnya pakai masker.
Baca Juga: Viral! Ternyata Gini Cara Memakai Masker Agar Pas dan Rapat di Wajah!
Setiap tempat yang didatangi memerlukan cara yang berbeda, salah satunya dengan mengingatkan untuk memakai masker untuk mencegah kluster baru karena jika itu terjadi, maka tempat tersebut akan langsung ditutup dan aktivitas mencari nafkah menjadi terhambat.
“Beda lagi saat melakukan sosialisasi pakai masker ke pesantren. Kalau di pesantren, hubungan santri dan kyai sangat erat, apapun yang dikatakan kyai akan dipatuhi. Jadi kita sebut bahwa Pak Kyai mewajibkan santri untuk memakai masker. Setelah itu, baru kita jelaskan kepana harus pakai masker,” lanjut Sigit.
Di samping itu, Sigit menyarankan, adanya perubahan manajemen penanganan pandemi dengan menggunakan pendekatan batas wilayah pemerintahan ke pendekatan kota raya dan berdasarkan pergerakan manusia yang ada di kota tersebut.
“Menurut saya perlu dibentuk Satgas Jakarta Metro Raya, yang akan menangani 32 juta penduduk. Karena sebagian besar yang beraktivitas di Jakarta kan tinggal di kota sekitarnya seperti Bogor, Depok, Tangerang, dan Bekasi," kata Sigit.
Virus memang enggak mengenal batas imajiner atau batas wilayah pemerintahan yang diciptakan oleh manusia, melainkan mengikuti pergerakan manusia.
(*)
Penulis | : | Salsabila Putri Pertiwi |
Editor | : | Indah Permata Sari |
KOMENTAR