“Ambisi beta, untuk merubah semua anak Maluku agar lebih peduli dengan alam. Kita makan ikan dari alam, karena (itulah) wajib menjaga alam,” ujar Olyv.
Bertolak dari Maluku, Tompi melanjutkan perjalanan ke Jawa Barat, tepatnya ke kota Cirebon. Di sana, Tompi bertemu dengan Sinta Ridwan, seorang penulis karya ilmiah dan kesustraan yang mendedikasikan dirinya untuk mempelajari sastra kuno Indonesia.
Kehadiran teknologi modern tak membuat Sinta melupakan tradisi dan nilai dari budaya asli Indonesia. Melalui berbagai judul karya ilmiahnya, Sinta fokus menggali, mempelajari, dan memperjuangkan identitas bangsa.
Kecintaannya terhadap ideologi lama, membuat Sinta lebih terbuka dalam menanggapi berbagai problematika manusia dan alam.
“Melalui jurusan filologi, cakrawala berpikir dan keinginan untuk melestarikan nilai bangsa kian terpupuk,” ujar Sinta.
Berbeda dengan kisah Olyv dan Sinta, atlet panahan asal Surabaya, Dellie Threesyahdinda yang ditemui Tompi dalam perjalanannya, menceritakan perjuangannya melawan stigma gender.
Identik dengan jenis olahraga pria, tak membuat Dinda gentar. Ia tetap mempertahankan mimpinya dengan berlatih sekuat tenaga. Kegigihannya inilah yang akhirnya mengantarkan Dinda ke berbagai turnamen sekaligus menyabet berbagai prestasi di ajang kompetisi.
“Aku terinsprasi dari ibu yang juga atlet panahan, di situ aku sadar kalau panahan adalah passion aku,” ujar Dinda.
Sukses meraih mimpi tak membuat Dinda menutup mata. Ia kini menularkan mimpinya melalui melatih dan mengedukasi anak-anak dalam program Prestasi dan Hobi di sekolah memanah Surabaya.
Ketiga episode webseries ini bisa kamu tonton lewat kanal Youtube IndonesiaKaya yang telah tayang pada 8 September 2020 melalui link berikut ini.
Penulis | : | Fathia Yasmine |
Editor | : | Sheila Respati |
KOMENTAR