CewekBanget.ID - Penonton setia Ikatan Cinta pasti hapal dengan karakter Elsa yang diperankan Glenca Chysara.
Sejak awal, ia menutupi dan memanipulasi banyak hal sampai merugikan orang lain, yaitu Andin bahkan yang lainnya juga nih.
Setuju ya, girls kalau biasanya sekali seseorang itu berbohong, ia akan melakukan kebohongan-kebohongan lainnya.
Baca Juga: Pulau dan Danau Baru Muncul di NTT Gara-gara Siklon Tropis Seroja!
Menurut penelitian memang bisa dijelaskan nih kenapa orang akan sering berbohong berulang kali.
Apa alasan seserorang bisa melakukan kebohongan yang berulang?
Melansir dari Hellosehat, saat seseorang berbohong maka bagian dalam otak yang bekerja adalah amigdala.
Nah, amigdala ini adalah bagian otak yang berperan buat mengatur emosi, perilaku, dan motivasi, girls.
Kebohongan pertama, amigdala akan memunculkan respon emosi seperti rasa takut akibat perkataan bohongnya.
Kemudian ketika efek ucapan bohongnya ternyata membuatnya aman, otak akan kembali merespon dengan enggak memunculkan emosi atau rasa takut seperti kebohongan sebelumnya.
Baca Juga: Potret 6 Idol Kpop Cewek yang Pernah Pakai Kebaya. Bak Kartini Muda!
Otak menganggap kebohongan menjadi kebenaran
Saat merasa kondisi aman setelah kebohongan sebelumnya, otak akan memprosesnya kalau bakal aman buat berbohong lagi.
Otak juga menjadi beradaptasi buat menerima kebohongan menjadi kondisi yang benar.
Mempertahankan kebohongan sebelumnya
Ini adalah contoh nyatanya, girls. Yaitu berbohong karena harus menutupi dan memperkuat kebohongan yang udah kita lakukan sebelumnya.
Misalnya nih, kita lagi malas buat kerja kelompok dengan mengatakan pada teman kalau kita ada acara keluarga di luar kota, jadi enggak bisa ikutan.
Esoknya saat kamu ditanyain bagaiamana acara keluargamu kemarin, kamu akan menyusun cerita lanjutannya.
Karena berbohong seperti membuat bola salju, yaitu kebohongan kecil yang kemudian kita buat menjadi besar, maka hati-hati dengan ucapan kita ya, girls.
(*)
Penulis | : | Septi Nugrahaini Rahmawati |
Editor | : | Septi Nugrahaini Rahmawati |
KOMENTAR