Bahkan enggak cuma sosok terkenal, masyarakat umum pun sekarang rentan di-cancel apabila melakukan perbuatan yang enggak sesuai dengan moral orang-orang pada umumnya.
Ini bisa terkait dengan isu SARA hingga perseteruan antara 2 pihak atau lebih, termasuk para pengikut atau penggemar dari sosok-sosok yang terlibat.
Baca Juga: Kasus Kris Wu Makin Runyam, Dua Aktris Cina Ini Ikut Beri Kesaksian
Boleh Dilakukan atau Enggak?
Secara positif, call-out culture dan cancel culture bisa disebut sebagai bentuk demokrasi di media sosial ketika setiap orang punya platform, suara, dan hak untuk mengungkapkan kegusaran mereka atau meminta pertanggungjawaban.
Namun hal ini juga dapat disalahgunakan oleh oknum tertentu demi melakukan public shaming terhadap orang yang sebetulnya enggak bersalah.
Jadi, selama call-out dan cancel culture dilakukan sebagai alat perubahan positif dengan tujuan dan alasan yang jelas, hal tersebut enggak ada salahnya untuk dilakukan.
Tapi kalau cuma untuk mengungkit masa lalu yang sebetulnya sudah enggak dilakukan lagi atau sudah diklarifikasi, apalagi dengan tujuan kebencian semata, rasanya enggak perlu deh, girls.
Alih-alih calling out, sebetulnya kita bisa mencoba menegur dan memberitahu seseorang atas kesalahannya secara personal dulu, kok.
(*)
Penulis | : | Salsabila Putri Pertiwi |
Editor | : | Salsabila Putri Pertiwi |
KOMENTAR