CewekBanget.ID - Nama artis Marshanda belakangan ini kembali dibicarakan netizen.
Pasalnya, Marshanda sempat dilaporkan hilang saat berada dalam kondisi manic alias mania akibat gangguan bipolar di Los Angeles, Amerika Serikat selama 2 hari.
Pada Selasa (28/6/2022), pihak keluarga Marshanda telah mengumumkan kalau seleb Indonesia tersebut enggak hilang dan dalam keadaan baik-baik saja.
Marshanda memang menjadi salah satu artis Indonesia yang mengakui dan terbuka akan kondisi kesehatan mentalnya, sejak ia didiagnosa mengidap gangguan bipolar (bipolar disorder) tipe 2.
Tentu bukan cuma Marshanda, masih banyak orang lainnya yang juga mengalami gangguan bipolar, termasuk mungkin beberapa di antara kita.
Jadi kita harus ingat kalau kita enggak berjuang sendirian dalam upaya bangkit dari kondisi ini ya, girls.
Sayangnya, mungkin masih banyak hal yang disalahpahami orang-orang terkait gangguan bipolar dan penderitanya.
Kayak 5 stereotip tentang gangguan bipolar berikut ini, yang rupanya bisa dibantah.
Yuk, sama-sama lebih memahami kondisi bipolar dan penderitanya!
Baca Juga: Marshanda dan 4 Seleb Indonesia Ini Terbuka Soal Kesehatan Mentalnya!
Stereotip: Diagnosis Bipolar Mendefinisikan Diri Penderitanya
Tentunya didiagnosa mengidap gangguan mental bipolar dapat membuat kita merasa buruk dan seakan enggak punya harapan lagi.
Yang jelas, kita perlu menerima fakta bahwa bipolar bukan sekadar fase yang bakal berlalu setelah beberapa saat, tapi ini juga bukan alasan bagi kita untuk menyerah.
Selain itu, penting juga untuk ingat kalau bipolar atau kondisi kesehatan apa pun yang kita alami bukanlah definisi atas diri kita sendiri, jadi kita tetaplah diri kita terlepas dari kondisi kita yang mengalami bipolar atau enggak.
Diagnosis mungkin terasa mengubah hidup kita, tapi sebetulnya hal itu lebih berupa momen ketika segala ketakutan dan perasaan kalut yang melanda kita kini punya nama.
Jadi, perjuangan kita untuk melawan hal tersebut masih terus berlanjut dengan bantuan ahli serta obat-obatan dan terapi jika dibutuhkan.
Stereotip: Penderita Bipolar yang Terbuka Soal Kondisi Mentalnya Itu Caper
Jangan pernah berpikir kalau keinginan untuk membicarakan masalah kesehatan mental yang kita alami hanya upaya cari perhatian alias caper, ya!
Prasangka seperti ini memang seringkali bikin orang-orang memendam kesulitan yang dihadapi sekaligus membuat mereka merasa enggak divalidasi.
Baca Juga: Dialami Marshanda, Apa Sih Manic Episode dalam Bipolar Disorder?
Sebetulnya, lebih terbuka tentang kondisi mental kita justru bagus karena kita akan lebih terbantu untuk mencari pertolongan ahli, berkonsultasi, dan mengenali perasaan kita sendiri.
Jadi kalau ada yang menganggap kita caper doang karena berbagi soal kondisi mental kita, jangan sampai mengubah persepsi kita terhadap diri sendiri. Apa yang kita alami ini valid ya, girls.
Stereotip: Bipolar Cuma Mood Swing
Masih banyak orang yang menganggap remeh gangguan bipolar dengan mengatakan kalau kondisi ini cuma bagian dari mood swing alias perubahan mood.
Padahal bipolar bukan fase sementara yang bisa dialami oleh siapa saja.
Penderita bipolar biasanya merasakan episode mania atau hipomania yang menyebabkan lonjakan emosi hingga impulsivitas di satu waktu, dan depresi yang memicu dorongan menyakiti diri sendiri di waktu yang lain, tapi juga bisa berada pada masa stabil di saat-saat tertentu.
Stereotip: Penderita Bipolar Enggak Pernah Sadar Akan Perbuatannya
Fyi, kita yang penderita bipolar juga punya kesadaran atas masalah mental yang dialami, kok.
Jadi penderita bipolar bukannya berada dalam kondisi delusional terus menerus sampai enggak bisa menyadari perbuatan yang dipicu oleh gangguan bipolar tersebut.
Mungkin kita yang mengalami bipolar pernah merasakan momen kesadaran setelah melakukan sesuatu yang impulsif seperti belanja sesuatu yang enggak perlu, membuang barang-barang tertentu saat kita mendengar 'suara' dalam kepala kita memberikan perintah, dan sebagainya.
Hanya saja, memang kesadaran itu kerap datang terlambat atau setelah kita melakukan sesuatu, jadi yang biasanya terjadi adalah penyesalan atas perbuatan tersebut.
Stereotip: Penderita Bipolar Enggak Menghargai Orang di Sekitarnya
Terakhir, meski mungkin gangguan bipolar membuat kita seakan menjauh atau bersikap buruk terhadap orang yang dicintai, kita sesungguhnya sangat menghargai orang-orang yang masih bertahan di sekitar kita.
Gangguan kesehatan mental tertentu kerap bikin kita merasa sulit dicintai dan menjalin hubungan dengan orang lain.
Biasanya karena kerap muncul tendensi menyalahkan diri sendiri dan mendorong orang lain menjauh dari diri kita.
Tapi akan selalu ada orang-orang yang bersedia mendampingi kita di masa-masa tersulit, dan kita sadar betapa berharganya keberadaan mereka dalam hidup kita.
Buat kita yang merasa perlu berkonsultasi mengenai kondisi kesehatan mental, jangan ragu untuk mencari bantuan profesional, ya.
Sementara itu, bagi kita yang didiagnosis mengalami gangguan kesehatan mental tertentu, ini pengingat kalau kita keren karena masih bertahan sampai saat ini.
Semangat terus ya, girls!
Baca Juga: Breaking News: Sudah 2 Hari Marshanda Hilang di LA Dalam Keadaan Manic
(*)
Source | : | Thought Catalog |
Penulis | : | Salsabila Putri Pertiwi |
Editor | : | Salsabila Putri Pertiwi |
KOMENTAR