"Au a o-o ...!"
Ia mematung.
***
Sebenarnya, baru satu minggu aku pindah sekolah. Tapi hari ini aku ingin bolos. Aku benar-benar tidak mau pergi ke sekolah. Tidak. Cuma tatapan Mama memaksaku untuk berangkat. Aku rasanya tidak kuat bertemu semua orang. Andai saja di sekolah cuma ada aku. Aku seorang. Tidak ada anak lain. Tidak juga ia.
Kakiku ragu masuk ke kelas.
"Aku pinjam ini dari perpus." Anak laki-laki itu menyerahkan sebuah buku tebal. Ada kupu-kupu di sampulnya. Ensiklopedi.
Ragu.
Tapi aku ingin mengetahui isinya. Aku pernah melihat buku seperti ini di sekolahku dulu. Tapi tidak setebal ini. Dan warnanya pun berbeda.
Ia meletakkan buku itu di atas mejaku. Dan pergi ke bangkunya di bagian belakang. Kulihat punggungya. Ada getaran aneh yang tak bisa kujelaskan. Entah.
***
Kupu-kupu itu punya empat helai sayap. Di depan dan di belakang, pada sisi kiri dan kanan tubuh mungil itu. Badannya berbuku-buku, yang disebut segmen. Ada tiga bagian. Ia punya antena yang disebut dengan sesunguk, mata majemuk dan juga belalai atau istilahnya probosis. Belalai, sebutan yang lucu untuk kupu-kupu. Seperti yang ada pada gajah juga, kan?
Kututup halaman itu. Ia datang lagi.
Penulis | : | Astri Soeparyono |
Editor | : | Astri Soeparyono |
KOMENTAR