“Aku pernah beliin kado couple t-shirt gitu buat pacarku, kayak yang dipunya Yeon Joo dan Kang Chul. Tapi, pas aku kasih ke pacarku, dia enggak mau make, soalnya warnanya Pink dan ada nama kita.
Dia risih katanya. Trus, aku juga pernah nanya kok dia enggak bisa seromantis di drama Korea. Pas dia nonton, dia langsung menolak buat ikutan kayak yang di drama itu. Enggak dia banget, katanya.” (Dian, 20 tahun, Jakarta).
Apa yang kita lihat di drama Korea bisa mempengaruhi kita dalam membentuk persepsi sendiri akan arti kata romantis.
Karena keseringan menonton, bagi kita romantis adalah back hug, piggy back, tiba-tiba dijemput pacar sambil dibawain sandal jepit biar sepatu kita enggak basah karena lagi hujan, pacar ngasih kejutan dengan bawain boneka Teddy Bear super gede, dan hal romantis lainnya.
Namun, romantis bukan sekadar hal itu. Kita dan pacar bisa menciptakan hal romantis versi kita sendiri. Di Korea, hal seperti itu memang romantis. Tapi bagi kita, kirim-kiriman chat lucu atau ditemani belajar bareng saat mau ujian itu juga bisa romantis.
Beda Budaya, Beda Kebiasaan
Faktor perbedaan budaya juga bisa jadi faktor kenapa cowok-cowok Indonesia enggak bisa seromantis Goblin atau Yoo Si Jin. Di sana, cowok yang ekspresif meluapkan perasaan itu sudah biasa, tapi di Indonesia hal seperti ini masih jarang.
Selain itu, tempat-tempat romantis di Korea dan Indonesia juga berbeda. Taman bermain seru dengan hadiah boneka Teddy Bear super gede jarang ada di Indonesia, misalnya.
Meski drama Korea itu romantis banget, kita bisa kok merasakan hal romantis versi kita sendiri. Yang penting sih bukan tempat atau hal apa yang kita lakukan, melainkan lebih kepada masalah hati dan dengan siapa kita berada.
Intinya, sih, diperhatikan, dan bentuk perhatian ini bisa bermacam-macam. Dibawain bekal sarapan bubur ayam sama pacar itu romantis, kan?
Penulis | : | Ifnur Hikmah |
Editor | : | Ifnur Hikmah |
KOMENTAR