Makan makanan yang sehat memang baik, terutama untuk yang sedang diet.
Seringkali kita makan makanan sehat tapi ternyata malah disesatkan oleh informasi yang tidak benar. Sehingga waktu dan uang mereka terkadang sia-sia.
Dilansir dari elitedaily.com berikut 13 mitos tentang makanan sehat yang sudah salah kaprah di masyarakat:
(Baca juga: Selena Gomez dan Justin Bieber Digosipkan Balikan. Ini 4 Hal yang Harus Kita Tahu)
Sayuran beku sama sehatnya dengan sayuran yang baru dibeli
Sayur dan buah-buahan yang baru dibeli sering kita masukan ke dalam kulkas untuk menjaga kesegarannya.
Nyatanya, sayur dan buah-buahan yang baru kita beli dan dimasukan ke kulkas tidak boleh melebihi 3 hari dari waktu pembelian karena setelah 3 hari nutrisi akan semakin berkurang.
Menjadi vegetarian lebih sehat
Menjadi seorang vegetarian dengan menggantikan daging dan lemak dengan kacang-kacangan mungkin terlihat sehat. Nyatanya, protein hewani tidak selamanya bisa digantikan dengan protein nabati.
Sebagai contoh, 85 gram sirloin steak mengandung setidaknya 100 kalori protein dan 85 gram salada hanya menyediakan 4 kalori lemak.
Karbohidrat itu buruk
Beberapa penggiat diet mengatakan bahwa karbohidrat itu buruk, nyatanya karbohidrat akan diolah menjadi energi yang digunakan untuk beraktivitas.
Cara yang tepat kita bisa mengganti karbohidrat dari roti, pasta, kue dengan karbohidrat dari sayur, buah, dan kacang-kacangan.
Margarine lebih baik dibanding mentega
Margarine juga mengandung lemak jahat yang buruk untuk tubuh kita. Dilansir dari elitedaily.com, sebaiknya saat membeli margarine atau mentega kita harus melihat komposisi dari kedua bahan tersebut.
Gula rendah kalori lebih baik dibanding gula biasa
Gula rendah kalori mengandung racun yang lebih tinggi dibanding gula biasa. Bisa dibilang racun yang terkandung gula rendah lemak sama seperti aspartam.
Hal ini disebabkan karena aspartam yang sebenarnya merupakan gula rendah kalori dengan kemanisan 200 kali.
Detox untuk membersihkan tubuh
Detox untuk membersihkan tubuh dengan buah-buahan itu baik. Namun, yang perlu diingat, bahwa tubuh memiliki “pembersih tubuh” sendiri seperti ginjal dan liver.
Jadi jangan sampai detox yang dilakukan malah membuat kita kelaparan dan menghambat fungsi kerja pembersih tubuh alami ini.
Gluten free baik
Millenial bisa dibilang sebagai gluten free generation. Beberapa makanan tertulis gluten free, namun kandungan jelek lainnya masih ada seperti Lemak jenuh dari kuning telur yang merupakan campuran kue.
(Baca juga: 8 Seleb Cowok Indonesia yang Cocok Memerankan Karakter di Novel Ika Natassa. Kamu Setuju?)
Tidak semua lemak jahat
Tahukah bahwa tubuh membutuhkan lemak baik atau lemak tak jenuh ganda? Lemak ini berfungsi untuk berabagai hal, termasuk menjaga kesehatan jantung.
Alpukat, kacang-kacangan, minyak zaitun, biji-bijian, bagus untuk tubuh kita lho!
Salad makanan paling baik = salad tidak selalu baik
Buat yang pergi ke restoran dan selalu membeli salad, tidak selalu salad yang ada di restoran itu baik, lho. Apalagi jika sayur dan buahnya sudah berada di kulkas lebih dari tiga hari, sama saja bohong karena sayurnya sudah layu.
Microwave berbahaya
Microwave menyebabkan radiasi. Menurut Brackett, Ph.D, direktur National Center for Food Safety and Technology di Illinois Institute of Technology, makanan yang dimasak melalui microwave akan lebih buruk dibandingkan dengan X-ray atau sinar gamma.
Fakta Telur
Kuning telur mengandung protein yang sangat tinggi dan bisa menyebakan kolesterol karena lemak jenuh dari telur tersebut. Nyatanya, telur cukup baik karena dalam satu butir telur mengandung 5 gram lemak baik dan 6 gram protein.
Mengidamkan sebuah makanan karena kekurangan nutrisi
Beberapa orang sering mengatakan “mengidamkan” red-meat kaena kekurangan zat besi. Tidak ada kata mengidamkan makanan karena kekurangan nutrisi, namun mengidamkan makanan karena keinginan alamiah.
Cokelat itu buruk
Cokelat memiliki beberapa kelebihan, terutama cokelat hitam. Cokelat hitam mengandung flavanols yang bisa mengurangi stres.
(Baca juga: 7 Pasangan di Drama Korea yang Nama Aslinya Memiliki Marga yang Sama. Kamu Menyadarinya?)
Penulis | : | Kinanti Nuke Mahardini |
Editor | : | Kinanti Nuke Mahardini |
KOMENTAR