Mulai tanggal 28 Maret 2018 ini, film #TemanTapiMenikah yang dibintangi oleh Adipati Dolken dan Vanesha Prescilla sudah bisa kita nikmati di bioskop kesayangan kita nih girls!
Film yang juga adaptasi dari novel berjudul sama dan merupakan kisah nyata dari pasangan seleb Indonesia Ayudia dan Ditto ini tentunya sangat kita nantikan filmnya karena berkisah mengenai friendzone.
Ini dia 6 pelajaran cinta yang bisa diambil dari film #TemanTapiMenikah!
Enggak Bisa Sembarangan Menjodohkan Orang
Ketika Ayu dan Ditto masih SMA, Ayu dimintai tolong oleh temannya untuk dikenalkan sama Ditto. Ayu yang bersedia, dan sikap Ayu ini sebenarnya enggak baik karena dia enggak bisa sembarangan menjodohkan orang lain.
Apalagi ketika Ditto bilang kalau dia enggak suka sama cewek itu, namun sikap Ayu terkesan cuek dan mengatakan kalau tugas dia hanya mengenalkan saja, selanjutnya itu sudah jadi urusan Ditto.
Sebaiknya, ketika kita mau mengenalkan dua orang teman untuk bisa PDKT, kita tanya dulu ke mereka berdua apakah dua-duanya bersedia. Kalau salah satu ada yang enggak mau, maka enggak bisa kita paksakan.
Dia yang Selalu Ada di Saat Susah dan Senang Adalah Dia yang Menerima Kita Apa Adanya
Ditto selalu ada buat Ayu, ketika Ayu lagi sedih ataupun senang. Dan hanya Ditto lah yang bisa menerima Ayu apa adanya.
Ayu sama sekali enggak jaga image di depan Ditto, dan justru inilah yang bikin Ditto makin nyaman sama Ayu, begitu juga sebaliknya. Pasangan Ayu dan Ditto mengajarkan kita untuk jadi diri sendiri di hadapan pacar.
(Baca juga : Wajib Tahu! 10 Rahasia Adipati Dolken yang Belum Banyak Diketahui)
Cinta Bisa Jadi Motivasi, Bukan Halangan
Ditto yang merasa dia bukan apa-apa jika harus disandingkan dengan Ayu, Ditto pun bertekad untuk bekerja keras agar dia bisa menjadi orang yang dibanggakan dengan Ayu.
Meskipun mungkin bisa jadi salah ketika kita mau jadi orang lain karena cinta, namun Ditto menunjukkan sisi positif dengan dia tetap menjadi dirinya sendiri namun menggunakan cinta sebagai motivasi.
Ditto memang suka banget main perkusi, dan karena cintanya pada Ayu, Ditto bisa jadi pemain perkusi yang populer dan cari uang sendiri. Lain kasusnya jika Ditto yang enggak suka perkusi tapi pengin banget bisa perkusi karena Ayu, dan inilah yang benar dari pemahaman cinta. Karena cinta bisa jadi motivasi, bukan halangan.
Lebih Baik Terlambat Daripada Enggak Sama Sekali
Spiler film, ketika Ditto memutuskan untuk menyatakan perasaannya pada Ayu tepat setelah Ayu mengatakan pada Ditto kalau pacarnya, Rifnu, siap menikahinya.
Ketika itu Ditto yang bingung haru sbagaimana, akhirnya memberanikan diri untuk menyatakan perasaannya pada Ayu.
Di sisi lain, awalnya Ayu merasa kesal sama Ditto karena ungkapan Ditto yang tiba-tiba. Namun ketika Ayu menyadari kalau dia juga cinta sama Ditto, dia juga enggak mau lagi menyia-nyiakan waktu dan berani pergi ke Bali untuk nyamperin Ditto.
Cinta Enggak Bisa Dipaksakan
Sesungguhnya keputusan yang sangat bijaksana diperlihatkan oleh sosok Rifnu (Refal Hady). Rifnu jelas mencintai Ayu, dan Ayu juga sayang sama Rifnu.
Namun Rifnu mengerti kalau Ayu jauh lebih cinta dengan Ditto. Rifnu selalu sabar ketika Ayu sering membicarakan tentang Ditto, bahkan ketika Ayu jujur Ditto menyatakan perasaan padanya, justru Rifnu yang memberikan nasehat pada Ayu.
Rifnu bilang kalau dia akan menunggu Ayu memastikan perasaannya, meskipun jika pada akhirnya Ayu memilih Ditto. Tentunya sikap Rifnu ini bukan hal yang mudah, tapi dia bisa melakukannya. Keren!
(Baca juga : Adipati Dolken dan Vanesha Prescilla Resmi Pacaran? 2 Teori Ini Mendukungnya!)
Enggak Ada yang Mustahil dari Cinta
Ditto yang merupakan fans dari Ayu sejak lama, dia bisa lho jadi pasangan hidup idolnya tersebut. Jadi, mereka membuktikan kalau antara idol dan fans itu bisa saja muncul rasa cinta, tentunya jika dilandasi dengan rasa tulus ya girls.
Jadi, belajar dari Ditto, enggak salah kok jika kita suka sama idola kita dan dia membuktikan enggak ada yang mustahil dalam cinta. Buktinya, Ditto bisa jadian sama artis! Hi-hi.
Penulis | : | Indah Permata Sari |
Editor | : | Indah Permata Sari |
KOMENTAR