Kalau kamu hari ini malas untuk pergi sekolah, maka kamu haru banget baca 5 kisah mengharukan dari anak-anak yang menuntut ilmu ini girls.
Mereka enggak pernah menyerah untuk tetap bersekolah, dan seharusnya setelah membaca kisah ini, kita jangan lagi merasa malas untuk pergi sekolah ya!
Ini dia 5 kisah perjuangan siswa di Indonesia dalam menuntut ilmu yang menyentuh hati, mengharukan!
Alpin, Menempuh Jarak 40 KM Untuk Sekolah
Siswa SD bernama Alpin, setiap hari dia menempuh jarak 40km dengan Commuter Line untuk bisa bersekolah. Dilansir dari laman tribunnews.com, Alpin setiap hari harus naik Commuter Line dari Parung Panjang menuju Tanah Abang.
Sekolah Alfin ini terletak di Thamrin City, tepatnya di SDN Kebon Kacang 02 Petang. Sedangkan rumahnya terletak di Griya Bakung Raya 3, Parung Panjang. Alfin ini masih kelas 1 SD dan berangkat sekolah, dia membutuhkan waktu 4 jam, dan ketika pulang juga 4 jam.
Hal ini dikarenakan dari rumah ke stasiun Parung Panjang, membutuhkan waktu 1 jam (berjalan kaki) dan dari stasiun Tanah Abang ke sekolahnya, waktunya adalah 1,5 jam dengan berjalan kaki juga.
Alpin mengaku dia hanya memiliki ongkos untuk biaya kereta saja, jadi dia selalu berjalan kaki. Ayah Alpin adalah seorang buruh proyek yang pulang ke rumah enggak menentu, dan ibunya juga belum bisa kerja berat karena pasca operasi sesar.
(Baca juga : 10 Foto Perjalanan Siswa Ke Sekolah dari Berbagai Negara yang berat & Mengerikan. Termasuk Indonesia)
Menyebrangi Jembatan yang Berbahaya
Anank-anak berani yang ada di Desa Sanghiang Tanjung, Lebak Banten. Sekolah berada di seberang desa yang dipisahkan oleh Sungai Ciberang.
Dilansir dari laman tribunnews.com, anak-anak yang bersekolah terpaksa menyebrangi jembatan yang sangat berbahaya untuk bisa cepat sampai ke sekolah.
Jembatan ini sudah setengah putus, sehingga ketika menyebrang menggunakan jembatan ini, mereka harus berpengangan dengan sangat kuat karena pijakan kaki mereka hanya mengandalkan tali saja.
Sebenarnya ada jembatan alternative yang aman, namun jarak yang ditempuh lebih jauh dan membutuhkan waktu tambahan 30 menit dengan berjalan kaki.
Mereka menyebrang tanpa ada pengaman sama sekali. Setelah kisah ini viral di tahu n 2016, sebuah perusahaan bernama PT Krakatau Steel bekerja sama dengan beberapa LSM membangun jembatan untuk mereka.
Anak-anak di Desa Batu Busuk, Padang
Sama juga nih bagi anak-anak yang bersekolah dari desa Batu Busuk, mereka juga harus menyebrangi sungai dengan hanya berpegangan dan menginjak pada satu utas kawat baja.
Selain itu, mereka juga pergi sejauh tujuh mil melalui hutan untuk mencapai sekolah mereka di kota Padang.
Murid-Murid di SDN 45 Boja Desa Puncak, Sulawesi Selatan
Dilansir dari laman tribunnews.com, murid-murid di kampung pedalaman di Sinjai ini berjalan kaki sekitar dua kilometer untuk bisa sampai ke sekolah mereka di puncak Boja.
Mereka harus melintasi anak-anak sungai, jalanan terjal yang berliku, mendaki, menuruni bukit, hutan produktif seukuran satu meter hingga jalan berlumpur.
Enggak ada jalan memadai, hanya ada jalan setapak ukuran 2,5 meter, dan penerangannya juga enggak ada.
(Baca juga : 6 Pengakuan Pelajar SMA Tentang Peraturan yang Seharusnya Diterapkan di Sekolah)
Okti, Siswi SMA Menempuh Jarak 25 Kilometer dengan Sepeda
Dilansir dari laman tribunnews.com, demi tetap sekolah, Okti mengayuh sepedanya sejauh 25 kilometer menuju sekolahnya di MAN 1 Yogyakarta di Jalan C. Simanjuntak.
Rumah Okti berada di Bantul dan dia mengaku waktu yang dihabiskan untuk pergi sekolah dari rumah adalah sekitar 2 jam, jadi dia berangkat dari rumah jam 5 pagi.
Naik sepeda adalah satu-satunya cara karena dia enggak punya motor dan juga biaya untuk naik bus. Okti pun mengatakan dia enggak mau menambah beban orang tua, karena ayahnya sekarang membantu ibu di warung dan juga ada adiknya yang juga harus bersekolah.
Penulis | : | Indah Permata Sari |
Editor | : | Indah Permata Sari |
KOMENTAR