Dystopia merujuk pada suatu keadaan atau tempat di mana segala sesuatunya seperti neraka, dan enggak berjalan indah.
“Karakter-karakter di film ini akan bisa membuat orang berpikir bahwa kalau kita
tidak waspada, dunia bisa menjadi seperti itu," ujar Lucky Kuswandi menjelaskan alasan pemilihan genre.
"Dystopian fiction, oke ini di masa depan, mungkin akan terjadi nanti atau mungkin malah sudah terjadi," lanjutnya seperti melansir dari konferensi pers A World Without.
Baca Juga: A World Without, Film Netflix Mengangkat Soal Pemberdayaan Perempuan
Cerita yang relevan
Meski dunia yang digambarkan secara distopia, tapi Lucky meyakinkan kalau cerita yang diangkat masih sangat relevan dengan kehidupan nyata.
"Walau memiliki setting tahun 2030, film ini sangat relevan karena apa yang dicari ketiga karakter ini adalah apa yang dicari oleh kebanyakan orang, yaitu kepastian akan masa depan,sense of community, dansense of belonging," jelasnya.
A World Without diharapkan bisa memberi banyak gambaran dan pemikiran baru untuk seluruh penonton di dunia tanpa batasan.
Akan tayang serentak di 190 negara, film A World Without bisa disaksikan di Netflix.
(*)
Penulis | : | Tiara Harum Pramesti |
Editor | : | Indah Permata Sari |
KOMENTAR