Aku tiba-tiba sadar merasa semakin ditinggalkan.
Aku ingin berlari mengejarnya walaupun dia bersama banyak orang. Walau hanya untuk melihatnya. Walau aku akan dianggap gila. Karena, di atas semuanya, aku tahu dia pasti akan menghampiriku. Aku benar-benar ingin berlari menuju dirinya yang sekarang masih dekat denganku. Aku hanya ingin berlari. Jauh, apakah itu menemuinya untuk mengatakan perasaan rindu dan cintaku yang telah lama tertahan seblum dia berangkat. Atau berlari untuk mencari pelarian agar aku bisa lupa akan dia karena mengingatnya jauh membuat aku sedih dan selalu ingin menagis.
Aku ingin tahu betapa sedih dan harusnya aku. Berharap dengan begitu dia bisa menghentikan langkahnya untuk pergi jauh dari aku, meletakkan kembali kopernya, membatalkan tiketnya, dan mungkin meminta maaf kepada seluruh keluarganya karena batal pergi. Aku juga akan meminta maaf. Aku ingin itu. sangat menginginkan itu agar dia menoleh sekali lagi padaku dan sadar bahwa ada seseorang yang telah lama dia tinggalkan dan pinggirkan. Aku berharap dia akan memelukku, jadi pergi atau tidak. Realita ini tak membuat aku semakin merasa baik.
Aku tidak ingin sendiri karena duniaku sudah terasa sepi walau hanya tanpanya. Aku amat ingin pelukannya yang erat dan amat ingin pula memeluknya dengan erat seperti aku tidak akan pernah membiarkannya pergi tanpa sisa-sisa aroma tubuhku menempel di bajunya dan sisa-sisa aroma tubuhnya menempel di bajuku. Karena itu akan membekas selamanya.
Aku sangat ingin mengatakan semua kata cinta yang tercipta tanpa rumus untuknya. Sebelum terlambat. Agar, setidaknya aku bisa melepasnya dengan tenang. Agar, setidaknya dia mengetahui bahwa aku mencintainya dan aku telah memaafkannya, bahkan berjanji tidak akan marah lagi jika dia tidak pergi. Aku ingin berteriak agar dia tidak pergi.
Tapi dia tetap akan pergi.
Karena aku telah memarahinya dengan amat sangat yang disebabkan kesalahannya. Dia pasti tahu itu. Dia pasti juga berharap aku akan memaafkannya agar dia bisa pergi dengan tenang meninggalkan aku tanpa hati yang luka karenanya. Dia sudah dewasa dan memanjakanmu dengan amat sangat. Aku hanya kadang terlalu arogan dan tak menyadarinya. Tak pernah benar-benar menyadarinya. Aku hanya tidak ingin diabaikan. Aku mencintainya. Dia mencintaiku, maka aku ingin membiarkannya pergi membuang jenuhnya dan kembali padaku dengan segala hal yang aku tahu akan menjadi lebih baik.
'Hai, maaf aku harus berjanji lagi padamu tapi kali ini aku bersungguh-sungguh. Aku akan kembali padamu. Secepatnya. Dan itu pasti." Itu kata-katanya yang kau dengar saat detik terakhir kepergiaannya telah berdentang.
Kau tahu itu.
(Oleh: Beatta Mediani Rahmat, foto: weheartit.com)
Penulis | : | Astri Soeparyono |
Editor | : | Astri Soeparyono |
KOMENTAR