"Jadi, apa acara kita Sabtu ini? Sepertinya, film-film yang beredar saat ini cukup menarik untuk ditonton."
Aku menatapnya sinis.
"Jangan berharap!" tukasku.
Sekali lagi aku coba meninggalkannya. Melangkah keluar café yang sudah pengap itu. dan sekali lagi dia mengikutiku. Aku tak menggubrisnya. Di sini sangat jauh lebih segar. Aku menatap ke atas. Untung tidak mendung. Bintang nan indah masih tetap berpendar. Mengingatkan aku pada pangeran bintang itu.
Tiba-tiba, kudengar Sendy terkekeh.
"Luar biasa kamu ini Luli. Benar-benar masih terhanyut dengan tokoh pangeran itu yang entah dari negeri mana. Sampai tidak bisa melihat cowok!
Aku terkejut.
"Siapa yang bilang padamu?"
"Hei nona manis, aku punya pengetahuan lenkap tentang kamu. Zicko banyak mencarikan informasi dari adiknya."
Keningku berkerut. Oh rupanya ia mengenal kakak Riana dengan baik.
"Apa maumu mencari tahu tentang aku?" selidikku curiga.
"Hanya menjaga saham supaya tidak di sabotase orang." Matanya mendelik nakal kepadaku.
Penulis | : | Astri Soeparyono |
Editor | : | Astri Soeparyono |
KOMENTAR