"Kakak-kakakku yang bilang."
"Bagaimana mereka tahu kalau kau telah mati?"
"Karena aku sama dengan mereka."
"Bagaimana mereka tahu kalau mereka telah mati?"
"Karena kami tembus pandang, orang-orang tak dapat melihat kami, dan kami dapat melayang-layang. Nanti, bila telah bertambah beberapa tahun umur kami, kami dapat membuat tubuh kami menembusi tubuhmu."
"Aku dapat melihatmu, juga kakak-kakakmu. Kau bohong padaku!" bantahku
"Tidak! Kau dapat melihat setan karena kau istimewa. Bila kau ke rumah orang yang ada setannya, kau pun akan dapat melihat setan-setan itu."
Aku lalu berlari mencari Ibu.
"Ibu! Ibu! Aku bisa melihat setan karena aku istimewa!"
Ibu mengalihkan pandangan dari mesin jahitnya, menggendongku, lalu memangkuku di atas kasur. Ia mengusap-usap rambutku sambil tersenyum.
"Kau memang istimewa, Nak. Tapi, kau tak dapat melihat setan," ujarnya lembut.
"Aku istimewa karena dapat melihat setan!" ujarku kukuh.
Penulis | : | Astri Soeparyono |
Editor | : | Astri Soeparyono |
KOMENTAR