Aku mengangguk pasti.
"Kau bersumpah, mereka benar-benar ada?"
Sekali lagi aku menganggu.
"Berapa jumlah mereka?"
"Lima," jawabku.
"Adakah yang cacat kakinya?"
"Ada. Yang paling besar dan yang kedua."
Ibu terdiam sejenak. "Itu adalah kakakmu. Ibu menggugurkannya karena mengandung sebelum menikah. Setelah menggugurkan mereka, baru kutahu mereka kembar."
Kini giliran aku yang terdiam, terkejut karena setahuku aku anak tunggal.
"Lalu, adakah yang suka bermain bola dan boneka?"
"Ada. Yang suka bermain boneka adalah satu-satunya anak perempuan di antara setan-setan itu. Yang lainnya lelaki semua."
"Mereka juga kakak-kakakmu. Yang suka bermain bola mati tertabrak mobil. Yang perempuan mati diracun pamanmu karena ia iri, tak punya anak perempuan."
Penulis | : | Astri Soeparyono |
Editor | : | Astri Soeparyono |
KOMENTAR