***
Pelajaran pertama pada hari Selasa yang cerah itu sungguh membosankan bagi Monic. Bu Bertha mengoceh tanpa henti di depan kelas, tidak menyadari bahwa seluruh muridnya hampir mati saking bosannya. Monic melirik teman sebangkunya, berharap Aviceena bisa memberikan trik untuk mengatasi kesun-tukannya. Namun betapa terkejutnya Monic ketika melirik gadis itu.
Aviceena tampak pucat. Tangannya mencengkram perut dan tampak kernyit kecil didahinya tanda kesakitan. Dia merintih pelan sementara air mata mulai mengalir dipipinya.
"Aviceena, lo kenapa?" tanya Monic, khawatir.
"G-gue sakit perut," dia merintih.
"Gu antar ke UKS, ya?"
Aviceena hanya mengangguk pasrah.
"Bu Bertha!" panggil Monic seraya bangkit dari tempat duduknya. "Aviceena sakit."
Bu Bertha yang sedang berkicay tentang perang dunia dengan menggebu-gebu seolah dirinya ikut terlibat, terpaksa menhentikan ocehannya. Dia beranjak menuju bangku Monic dan Aviceena di jajaran belakang.
"Kamu sakit apa, Na?" tanyanya lembut seraya menempelkan tangannya didahi Aviceena.
"Sakit perut, Bu," isaknya.
"Ya sudah, lebih baik kamu istirahat di UKS," ujar Bu Bertha, lalu berpaling kepada Monic. "Kamu antar dia, ya?"
Penulis | : | Astri Soeparyono |
Editor | : | Astri Soeparyono |
KOMENTAR